Membicarakan tentang pandemi memang tidak ada habisnya, bahkan akan terasa stress, mumet yang tiada ujung, apalagi yang berhubungan dengan bagaimana bisa mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga. Oleh karena itu, karena tidak ada solusinya maka jalan terbaik adalah mengerjakan sesuatu yang bisa menghasilkan meskipun sedikit, dan berupaya membangun bisnis yang kita tahu sambil belajar mengembangkannya. Tulisan dari Mas Aditya Nugroho yang pernah disampaikan dalam media sosial sepertinya pas banget yang membahas tentang cara generasi milenial mencari uang.
Judulnya memang menarik, yaitu “Generasi kolonial vs Generasi Milenial dalam Mencari Uang”.
Kira-kira begini tulisannya:
Saya pernah dengar dari teman yang bercerita, bahwa ada anak umur 18 tahun yang bilang begini, “Kami sekarang ada di Indonesia, tapi produk kami membanjiri seluruh pasar online di seluruh dunia dan uang dari seluruh dunia, masuk ke rekening kami yang ada di Indonesia”.
Anak umur 18 tahun. Keren. Dulu saya (Mas Aditya) 18 tahun masih larut dalam kesedihan karena putus cinta….
Banyak sekali hal yang berubah. Termasuk salah satunya cara mencari uang. Banyak cara mencari uang yang dulu tidak terpikirkan, karena saking simpelnya oleh generasi milenial, itu bisa jadi duit.
Mulai dari jasa bikin email, jasa bikin akun Instagram, jasa posting status, jasa like dan komen, jasa endorse dan banyak sekali hal baru yang jaman dahulu, orang yang nganggur tapi ngerjain beginian bakal jadi buah bibir sama tetangga.
‘Udah nikah nganggur aja nih di rumah, ga malu anak udah banyak’…. Eeeaaaaa. Yang ngomong begitu, gatau gurihnya CR7 sekali ngendorse dapat 1,47 Miliyar, bisa buat papeda, seluruh Indonesia bisa jadi lengket.
Mas, ada sudut pandang berbeda dalam membangun bisnis. Yang jaman dulu ribet, jaman sekarang jadi simpel. Bahasa simpelnya, orang kerja nyari duit.
Menurut Brad Sugars, pendiri action coach international, bisnis adalah sebuah perusahaan komersiil yang menguntungkan dan berjalan tanpa kehadiran mereka.
Artinya, kalo mau dapet banyak untung, bikin usaha, bikin sistem, rekrut orang, tempatkan orang terbaik di divisi-divisi manajemen, bikin SOP dan jobdesk terus Norma, KPI, sehingga usaha bisa jalan terus tanpa kehadiran owner.
Kalo menurut generasi milenial hari ini, nyari uang begitu, ribet banget. Cukup ngiklan, omset dateng. Produk? Dropship dari produsen. Untungnya? Modal, dikurangi budget iklan. Selese. Simpel? Sisa waktunya? Buat selfie-selfie di seluruh dunia, asal konek sama internet aja.
Terus biaya produksi? Biarin urusan produsen. Terus biaya karyawan yang nerima order, packing, ngirim barang, yang belanja bahan baku, yang ngolah jadi barang setengah jadi, barang jadi, dll? Biarin urusan produsen. Terus biaya gaji manajemen, atasan bawahan, tunjangan, fasilitas kantor dll? Wong kerja sendiri gak ngurusi gajian orang lain.
Yah, beginilah generasi zaman milenial. Selamat datang di era new normal. Trus duitnya banyak ditaro dimana?
Beli saham syariah yang naik. Beli bisnis yang dikelola dengan baik oleh pihak ketiga macam minimarket yang berjejer dua brand dimana-mana. Beli kamar hotel, lalu dikelola oleh Red Doorz dan sejenisnya. Beli hotel di Mekkah dan Madinah lalu dikelola oleh Zam-zam Tower atau Hilton.
See? Ada banyak sekali hal yang berbeda. Dan saya lahir ketika dunia mulai bergeser dari generasi kolonial menuju generasi milenial yang serba simpel.
So… Semoga tulisan “cara generasi milenial mencari uang” ini bisa menginspirasi kita.
0 Komentar